Menurut Ahmad Sabri dalam
bukunya mengatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan kewenangan.[1]
Sementara
itu menurut usman (2005) yang dikutip oleh kunandar dalam bukunya mengatakan
bahwa kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.[2]
Berdasarkan dua penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kompetensi adalah pemilikan pengetahuan, keterampilan, kecakapan atau kemampuan dalam menentukan atau memutuskan sesuatu berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya.
Kompetensi guru adalah seperangkat
penguasaan, kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan
kinerjanya secara tepat dan efektif.[3]
Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang berujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam
melaksnakan tugas sebagi agen pembelajaran.
2.2 Macam-macam
kompetensi guru.
Berdasarkan
UU No. 14 Tahun 2005 telah dinyatakan bahwa kompetensi seorang guru meliputi
kompetensi Kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi professional, kompetensi
social (Sarimaya, 2008:17)
1)
Kompetensi kepribadian
Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik
dan masyarakat, mengevaluasi kinerja dan mengembangkan diri secara
berkelanjutan.
2)
Kompetensi paedagogik
Kompetensi
paedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik
yang sekurang-kurangnya meliputi : pemahaman wawasan landasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pemahaman kurikulum atau silabus, perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil
belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki.
3)
Kompetensi Sosial
Kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar.
4)
Kompetensi Profesional
Kompetensi
profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan standar nasional pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi
profesional meliputi:
a)
Menerapkan landasan kependidikan baik fisiologi,
sosiologi dan sebagainya,
b)
Menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
pesereta didik,
c)
Mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawab,
d)
Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi,
e)
Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran,
f)
Mengorganisasikan program pembelajaran,
g)
Melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik,
h)
Menumbuhkan potensi peserta didik.
2.3 Tugas
Guru Dalam Proses Pembelajaran
Guru
merupaka pemegang peran utama dalam proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atau dasar hubungan tmbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.
Seorang
guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas.
Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya, tugas guru dapat dikelompokan berupa tugas
dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.[4]
1. Tugas
Guru Dalam Bidang Prfesi
Dalam
hal ini meliputi tugas paedagodis dan tugas administrasi. Diantaranya mendidik,
mengajar dan melatih.
2. Tugas
guru dalam bidang kemanusiaan
Tugas
guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadiakan dirinya
sebagai orang tua kedua yang memiliki tanggung jawab membina akhlak peserta
didiknya.
3. Tugas
guru dalam bidang kemasyarakatan
Masyarakat
menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungan karena dari
soerang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan juga
menjadi panutan masyarakat.
2.5 Peran
guru dalam proses pembelajaran
Menurut Ahmad sabri dalam bukunya
menjelaskanperan guru dibagi menjadi 7 yaitu peran guru sebagai demonstrator,
sebagaipengelola kelas, sebagai mediator dan fasilitator, sebagai evaluator,
peran guru dalam pengadministrasian, peran guru secara pribadi dan peran guru
secara psikologis.[5]
Sedangkan menurut Wina Sanjaya dalam
bukunya mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai berikut:
1. Guru
sebagai sumber belajar
Sebagai
sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal
sebagai berikut diantaranya memiliki bahan referensi yang lebih banyak
dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman
yang lebih banyak tentang materi yang akan dikaji bersama siswa.[6]
2. Guru
sebagai fasilitator
Sebagai
fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa
dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru juga dituntut agar memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa .
3. Guru
sebagai pengelola
Sebagai
pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang
baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk proses belajar seluruh
siswa.
4. Guru
sebagai demonstrator
Yang
dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan
kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan
memahami setip pesan yang disampaikan.[7]
Ada
dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama guru harus menunjuka sikap-sikap
yang terpuji dalam setiap aspek kehidupan. Kedua guru harus dapat menunjukan
bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran agar lebih dapat dipahami dan
dihayati oleh setiap siswa.
5. Guru
sebagai pembimbing
Seorang
guru harus mampu membimbing siswa agar dapat menemuka berbagai potensi yang
dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai da
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.
6. Guru
sebagai motivator
Dalam
proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting.
Sering terjadi siswa yang kuran berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga
ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
7. Guru
sebagai evaluator
Sebagai
evaluator seorang guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan
perannya seabagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam
menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan gurudalam
melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
2.6 Keterampilan
dasar mengajar guru
Keterampilan
dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan tugasnya dalam
pengelolaan proses pembelajaran,
sehingga pembelajaran dapar berjalan dengan efektif dan efisien. Di samping itu
keterampilan dasar merupakan syarat mutlak
seorang guru bisa mengimplementasikan berbagai strategi pembelajarn yang
akan disampaikan. Dibawah ini pemakalah akan menjelaskan beberapa keterampilan
mengajar bagi seorang guru.
1. Keterampilan
dasar bertanya
Pertanyaan
yang dirumuskan dan dibangun dengan tepat akan menjadi alat komunikasi yang
ampuh antara guru dan siswa. Ada beberapa fungsi pertanyaan dalam proses
pembelajaran diantaranya : (1) memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir
dan memechkan masalah dengan kemampua sendiri, (2) memberikan motivasi kepada
siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, (3) membangkitkan minat
dan rasa ingin tahu siswa, (4) menentukan proses berpikir karena dengan
pertanyaan yang baik dapat membantu siswa untuk menentukan jawaban yang baik,
(5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibahas.[8]
2. Keterampilkan
memberi penguatan
Penguatan
(reinforcement) adalah segala bentuk respon, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feed back) bagi sipenerima (siswa) atas
perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Ada
dua jenis penguatan. (1) penguatan verbal. Biasanya digunakan atau diungkapkan
dengan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. (2) penguatan
nonverbal. (a) Pengutan gerak isyarat : anggukan atau gelengan kepala, senyum,
kerut kening, acungan jempol dan lain-lain. (b) penguatan pendekatan : berdiri
disamping siswa, berjalan menuj siswa, duduk dekat seorang siswa, atau berjalan
disisi siswa. (c) penguatan dengan sentuhan : menepuk-nepuk pundak siswa,
berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. (d)
penguatan dengan kegiatan yang menyenangakan (e) penguatan berupa smbol atau
benda : kartu bergambar, lencana atau komentar tertulis pada buku siswa.[9]
3. Keterampilan
mengelola kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Misalnya penghentian tngkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian
kelas, pepberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa,
penetapan norma kelompok yang produktif.
Menurut
Ahmad Sabri ada beberapa prinsip dalam penggunaan keterampilan mengelola kelas,
yaitu kehangatan dan keantusiasa, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan
pada hal-hal yang positif dan penanaman disiplin diri.[10]
4. Keterampilan
menjelaskan
Maksudnya
ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik,
untuk itu ada hubungan yang satu dengan yang lain misalnya antara sebab dan
akibat, definisi dengan contoh, atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
Adapun
tujuan dari menjelaskan adalah membembing siswa untuk dapat memahami hukum,
dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar; melibatkan
siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan;
mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahaman dan untuk mengatasi
kesalah pahaman mereka; membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran dan menggunakan bukti-bukti pemecahan.
5. Keterampilan membimbing diskusi kelompok
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang di informasikan dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Ada
beberapa keterampilan yang harus diperhatikan guru dalam membimbing diskusi
kelompok diantaranya memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, memperluas/
mengurai masalah, menganalisis pandangan siswa, menyebarkan kesempatan
berpartisipasi, menutup diskusi.
6. Keterampilan
mengadakan veriasi
Variasi
stimulasi adalah suatu kegiatan guru dalam mengenal konteks interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosana murid sehingga dalam situasi
belajar mengajar, musrid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiame serta penuh
partisipasi.
Ada
beberapa komponen keterampilan mengadakan variasi yang akan dijelaskan dibawah
ini:
a. Variasi
dalam mengajar guru
·
Penggunaan variasi suara (techer voice):
keras menjadi lembut, tinggi menjadi rendah, cepat menjadi lambat, atau pada
suatu saat memberi tekanan pada kata-kata tertentu.
·
Pemusatan perhatian siswa (focusing):
memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap dapat dilakukan oleh
guru, misalnya dengan perkataan “ perhatikan ini baikbaik”.
·
Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher
silence): adanya kesenyapan, kebisuan, atau selingan diam yang tiba-tiba dan
sengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian siswa.
·
Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye
contact and movement): bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan
siswa, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata
murid-murid.
·
Gerakan badan atau mimik : variasi dalam
ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat
penting dal;am berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk
menyampaikan arti pasan dari pesan lisan yang dimaksudkan.
·
Pergantian posisi guru di dalam kelas
dan gerak guru (teacher inovoment): pergantian posisi guru di dalam kelas dapat
digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa.
b. Variasi
dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Pergantian
penggunaan jenis media yang satu kepada jenis yang lain mengharuskan anak
menyesuaikan alat indra sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena setiap
anak berbeda kemampuan dalam menggunakan alat indranya.
Adapun
variasi dalam penggunaan alat antara lain:
·
Variasi alat atau bahan yang dapat
dilihat (visual aids): grafik, bagan, poster, gambar, film dan slide.
·
Variasi atau bahan yang dapat didengar
(auditif aids): suara guru termasuk kedalam media komunikasi yang utama di
dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi sosiodrama, dan
sebagainya.
·
Variasi atau bahan yang dapat diraba,
dimanipulasi dan di gerakkan (motorik): yang termasuk kedalam jal ini misalnya
peragaan yang diperagakan oleh guru atau siswa, mode, spesiemen, patung, topeng
dan boneka dapat digunakan oleh anak diraba, diperagakan atau dimanipulasikan.
·
Variasi alat atau bahan yang dapat
didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids): penggunaan media seperti ini
merupakan tingkat yang paling tinggi karena melibatkan semua indra yang kita
miliki. Media yang termasuk AVA ini misalnya film, televisi, radio, slide,
projektor yang diiringi penjelasan guru.[11]
c. Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola
interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka
ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan
sendir yang dilakukan oleh anak. Hal ini bergantung pada keterampilan guru
dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan pola interaksi ini
dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan.
7. Keterampilan
membuka dan menutup pelajaran
Membuka
pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut
akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.
Komponen
membuka pelajaran meliputi :
a. Menarik
perhatian siswa engan cara antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat
bantu pelajaran, pola interaksi yang bervariasi
b. Menimbulkan
motivasi dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang
bertentangan, memperhatikan minat siswa.
c. Memberi
acuan melaluio berbagai usaha seperti mengemukakan tujuan dan batas-batas
tugas, menyarankan langkah-langkang yang akan dilakukan, meningkatkan masalah
pokok yang akan dibahas.
d. Membuat
kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah diketahui siswa.
Komponen
menutup pelajaran meliputi:
a. Meninjau
kembali pengusaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan.
b. Mengevaluasi
yang dapat dilakukan dengan berbagai benruk diantaranya mendemonstrasikan
keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi
pendapat siswa sendiri, memberikan soal-soal tertulis.
[1] Ahmad
Sabri, Strategi Belajar Mengajar,
Ciputat: Quantum Teaching, 2007, h.75
[2]
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2007, h.51
[3] Ibid, h.55
[4] Ahmad
Sabri. Hal. 65
[5] Ibid.
Hal. 68
[6] Wina
Sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, Jakarta:
Jakarta Kencana. 2009. Cet. Ke-2. Hal. 281
[7] Wina
Sanjaya, strategi pembelajaran, cet
ke-1. Hal. 153. 2009
[8]
Haryanto, Perencanaan Pengajaran,
Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hal. 124
[9]
http://danang-leo-handoko.blogspot.com/2012/01/keterampilan-memberi-penguatan.html!?m=1
[10] Ahmad
Sabri. Hal 88
[11] Ahmad
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta:
Rineka Cipta, 1991, hal. 265
0 Komentar
Berkomentarlah dengan bijak. Gunakan bahasa yang baik.