BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakamg
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa belakangan
ini khususnya di ere dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat,
banyak manusia yang terlena dengan kemegahan dunia, hidup semaunya, bahkan
nyaris tanpa ada aturan-aturan yang mengikat prilaku atau tindakannya. Apabila
hal seperti ini dibiarkan, tidak menuntut kemungkinan suatu saat manusia akan
hidup bebas yang mengakibatkan manusia dalam hidupnya tidak berbeda dengan
hewan.
Manusia merupakan mahluk social yang hampir 100%
aktifitasnya berkaitan dengan interaksi baik di dalam lingkunan yang sempit
maupun lingkungan yang luas. Manusia juga memiliki karakter, sifat, dan cirri
yang berbeda. Oleh karena itu, di dalam interaksinya perlu adanya aturan yang
mengatur agar tercipta suasana yang bias memahami setiap karakter dari
masing-masing individu yang berinteraksi.
Sementara itu, agama pada umumnya memberikan
penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk berakhlak
baik atau buruk. Potensi buruk akan senantiasa eksis di dalam diri manusia
karena terikat oleh aspek insting, naluri atau hawa nafsu.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kita dapat
mengangkat beberapa pertanyaan yang akan kita bahas dalam makalah ini:
1. Apa
hakikat manusia dan agama?
2. Bagaimana
teori tentang manusia dan agama?
3. Apasaja
aspek-aspek agama?
4. Mengapa
manusia butuh agama?
5. Apa
fungsi agama bagi manusia?
6. Bagaimana
perkembangan keagamaan bagi manusia?
1.3
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan dari makalah ini adalah:
1. Memberikan
penjelasan tentang hakikat manusia dan agama.
2. Untuk
mengetahui teori tentang manusia dan agama.
3. Untuk
mengetahui aspek-aspek agama.
4. Untuk
mengetahui alasan manusia butuh agama.
5. Menjelaskan
fungsi agama bagi manusia.
6. Untuk
mengetahui perkembangan keagamaan pada amnesia.
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A. Pengertian Manusia
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia yang ditulis oleh Tanti Yunair mengartikan bahwa manusia adalah “ mahluk
ciptaan tuhan yang mempunyai akal, biasa juga disebut orang, insan.”[1]
Sedangkan menurut istilah manusia dapat diartikan
berbeda-bada diantaranya dapat diartikan dari segi biologi, rohani dan istilah
kebudayaan. Secara biologi “manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti manusia
yang tahu), sebuah spesies primata
dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep
jiwa
yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk
serta perkembangan teknologinya,
dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga
untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.”[2]
B. Pengertian Agama
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
mengartikan bahwa agama adalah “prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan aturan-aturan syariat tertentu atau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaedah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.”[3]
mengartikan bahwa agama adalah “prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan aturan-aturan syariat tertentu atau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaedah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.”[3]
Sedangkan agama menurut kamus sansekerta cetakan
pertama tahun 1899 yang dikutip oleh Wikipedia bahasa Indonesia adalah “agama
berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti tradisi.”[4]
2.2 Teori Manusia Dan Agama
A. Teori Manusia
Jika kita berbicara tentang teori terbentuknya manusia,
banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli salah satunya adalah teory
yang dikemukakan oleh Darwin dalam bukunya The Origin Of Species sebagaimana di
kutip oleh Wardaya dalam bukunya Cakrawala Sejarah, Darwin mengemukakan
teorinya yang kita kenal dengan teori evolusi bahwa “suatu takson itu tidak
statis, tetapi dinamis melalui waktu yang lama dan panjang, dan semua mahluk di
muka bumi ini adalah berkerabat.”[5]
Akan tetapi,
konsepsi tentang asal mula manusia dilihat dari sudut pandang agama masing-masing
berbeda. Agama islam menyatakan bahwa asal mula manusia adalah diciptakan dari
tanah. Sebagaimana diterangkan dalam kitabnya yaitu al-qur’an sebagai berikut :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*uHxq 5bqãZó¡¨B ÇËÏÈ
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”[6]
Menurut agama hindu, proses penciptaan manusia
dijelaskan dalam prasna upanisad sebagai berikut: “pada awalnya sang pencipta (Tuhan) merindukan kegembiraan
dari proses penciptaan. Dia lalu melakukan meditasi. Lahirlah rayi (zat atau
materi) dan prana (roh kehidupan), lalu tuhan berkata : kedua hal ini akan
melahirkan kehidupan bagiku.”[7]
Sedangkan menurut mitologi Yunani
manusia pertama kali diciptakan oleh tiga orang dewa yaitu Amos, Promoteus, dan
Epimetius.[8]
Dari berbagai teori yang
dikemukakan, kita dapat mengambil kesimpulan bahwasanya manusia pada umumnya
percaya bahwa segala sesuatu pasti ada awal mula penciptaannya. Dan yang
menciptakan inilah yang kita kenal dengan sebutan tuhan atau dewa yang
menjadikan seseorang memiliki kepercayaan terhadapnya.
B Teori Agama
Jika kita berbicara tentang agama,
maka konsep mendasar yang membedakan masing-masing agama adalah konsep tentang
ketuhanan. Ide tentang tuhan dalam ajaran agama-agama yang berkembang secara
sendiri-sendiri memiliki banyak keserupaan. Tuhan orang Yahudi, Kristen dan
Islam adalah tuhan yang dalam beberapa pengertian berkata-kata (berfirman).
Menurut suatu teori yang dipopulerkan oleh Wilhelm
Schmidt dalam The Origin Of the Idea of God, yang pertama kali terbit pada 1912
yangg dikutip oleh Karen Armstrong dalam bukunya yang telah diterjemahkan,
Schmidt mengatakan bahwa “telah ada suatu monoteisme primitive sebelum manusia
mulai menyembah banyak dewa. Pada awalnya mereka mengakui hanya ada satu tuhan
tertinggi yang telah menciptakan dunia dan menata urusan manusia dari
kejauhan.”[9]
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
pada awalnya manusia meyakini adanya satu tuhan yang maha kuasa namun dalam
perjalanan dan perkembangannya, kemudian lahirlah berbagai macam wujud dan
presepsi tentang tuhan.
2.3 Aspek-Aspek Agama
Agama dan kehidupan beragama demikian kompleks,
untuk memahami kehidupan beragama, diperlukan tentang aspek apa saja yang
dimiliki oleh agama. Jawaban pertanyaan apa-apa saja aspek kehidupan beragama
dapat saja berbeda satu sama lain diantara para ahli. Ada yang mengatakan bahwa
agama hanya punya aspek kepercayaan kepada yang gaib (metafisika) dan ritual.
Ada juga yang berpendapat bahwa yang penting diperhatikan dalam kehidupan beragama adalah simbol dan tata perilaku.
Koentjaningrat menyebut aspek kehidupan beragama
dengan komponen religi. Menurut beliau ada lima komponen atau aspek religi, yaitu:
1.
Kepercayaan Kepada Kekuatan
Gaib
Kepercayaan keagamaan
dipusatkan atau didasarkan kepada kepercayaan kepadanya adanya kekuatan gaib,
yaitu Tuhan yang berada diatas alam ini (supernatural), atau yang dibalik alam
fisik (metafisika). Tuhan ,roh, tenaga gaib, mukjisat, alam gaib adalah hal-hal
yang diluar alam nyata. Semuanya ini di atas (super,) atau di balik (meta) alam
natural atau alam nyata. Kepercayaan kepada adanya kekuatan gaib merupakan inti
kepercayaan keagamaan.[10]
2.
Sakral
Dalam kehidupan beragama
juga ditemukan sikap mensakralkan sesuatu, baik tempat, buku, orang, benda
tertentu,dan lain sebagainya.Sakral (sacred) berarti suci.
Menurut Derkheim, manusia dan masyarakat
yang mempercayainya itu sajalah yang menjadikannya suci atau bertuah, tidak
karena adanya sesuatu yang lain atau istimewa dalam benda tersebut. Anggapan
atau kepercayaan sebagai yang suci ini datang dari subjek yang menganggap atau
mempercayainya, tidak pada objek yang dipercayai sebagai yang suci. [11]
3.
Ritual
Kepercayaan kepada
kesakralan sesuatu menuntut ia diperlakukan secara khusus.
Ada upacara keagamaan dalam berhadapan
dengan yang sakral. Perlakuakan yang khusus inilah yang disebut ritual.Ritual
berhubungan dengan kekuatan supernatural
dan kesakralan sesuatu.
4.
Umat Beragama
Agama tidak ada tanpa
penganut dari umat tersebut. Komunitas penganut agama terdiri dari beberapa
fungsi keagamaan.Ada yang memimpin upacara,ada yang harus berfungsi menyiapkan
tempat dan alat upacara, dan sekaligus mereka menjadi peserta upacara.
5.
Mistisme dan Kebatinan
Kalau supernatural dan
sakral adalah aspek keyakinan, ritual adalah aspek perilaku dari ajaran agama.
Ketiganya menimbulkan kesan rasa atau
penghayatan ruhaniah dalam diri yang mempercayai dan mengamalkan ajaran
agama.Aspek inilah yang dinamakan dengan aspek mistik.[12]
2.4 Mengapa Manusia Butuh Agama?
Pertanyaan ini bagi kita umumnya mungkin hampir tidak pernah
terpikirkan karena kita memang hidup di lingkungan yang beragama. Pada umumnya
kita beragama secara keturunan dan otomatis kita mengikuti agama orang tua
kita. Selanjutnya kita kemudian mendapat pendidikan yang memperkuat
keberagamaan kita dan setelah dewasa terkadang kita mencari kebenaran dari
agama yang kita anut sejak kecil tersebut.
Melalui sejumlah kajian maka para
pemikir dan ulama mencoba menjawab pertanyaan di atas dan jawaban atas
pertanyaan tersebut adalah :
- Manusia secara naluri dan fitrahnya memang sangat membutuhkan agama.
Manusia pada dasarnya membutuhkan
agama karena hal ini yang membedakan manusia dengan mahluk lain seperti hewan.
Dalam beberapa hal, ada kesamaan antara manusia dengan hewan, yaitu sama-sama
sebagai mahluk Tuhan sama-sama mempunyai keinginan-keinginan biologis dan
sama-sama mempunyai perasaan takut, sedih, dan gembira dan lain-lain. Manusia
merupakan mahluk yang unik dan istimewa. Secara fisik manusia lebih lemah
dibandingkan dengan hewan tetapi manusia mempunyai jiwa dan akal yang dapat membedakan
baik dan buruk, benar dan salah dan lain sebagainya.
- Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta.
Banyak sekali kejadian-kejadian
dialam yang
tidak dapat di kaji dengan menggunakan akal manusia. Oleh karena itu, muncul teori tentang ada hal yang lebih diatas segalanya.
tidak dapat di kaji dengan menggunakan akal manusia. Oleh karena itu, muncul teori tentang ada hal yang lebih diatas segalanya.
- Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat.
Manusia sebagai mahluk individu
sekaligus sebagai mahluk sosial sangat memerlukan aturan dalam seluruh aspek
kehidupannya. Mulai dari menyalurkan kebutuhan yang paling dasar sampai
memenuhi kebutuhannnya yang primer, sekunder dan tersier. Semua aspek kehidupan
ada aturannya apalagi untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ilmuwan barat di
antaranya Schumacher menyatakan bahwa materialisme sudah mati, manusia sekarang
mencari spiritualisme sehingga menurut hemat kita pencarían dan kembalinya
manusia terhadap agama merupakan jawaban yang tepat.[13]
Sumber lain mengatakan bahwa ada
beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :
- Karena agama merupakan sumber moral.
- Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
- Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
- Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
- Karena manusia memiliki kelemahan dan ketidak berdayaan.[14]
2.5 Fungsi Agama
Menurut Dr. H. Jalaludin, agama
dalam kehidupan manusia berfungsi : “sebagai suatu sistem nilai yang memuat
norma-norma tertentu. secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan
dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang
dianutnya. sebagai sitem nilai, agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan
individu serta dipertahankankan sebagai bentuk ciri khusus.[15]
Dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi
yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah:
1. Memberi pandangan dunia kepada
manusia
Agama dikatakan memberi pandangan
dunia kepada manusia karena ia sentiasanya memberi penerangan kepada
dunia(secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam
masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit
penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan
kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah SWT., dan setiap manusia harus
menaati Allah SWT.
2. Menjawab berbagai pertanyaan ang
tidak mampu dijawab oleh manusia
Sebagian pertanyaan yang sentiasa
ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak
terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan
manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya.
Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
3. Memberi rasa kekitaan kepada suatu
kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam
pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama
menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku,
pandangan dunia dan nilai yang sama.
4. Memainkan fungsi peran social.
Kebanyakan agama di dunia ini
menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah
menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.[16]
2.6 Perkembangan
agama pada manusia
A. Masa Anak-Anak
Pada dasarnya manusia mulai berkembang pada
saat konsepsi pembuahan ) dalam kandungan sampai senium atau ketuaan. Setelah
lahir anak berkembang dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan rumah tangga oleh
orang tua, sekolah oleh pendidik, masyarakat oleh akal masyarakat.
Perkembangan jiwa keagamaan pada masa
anak-anak ditentukan oleh pendidikan,latihan-latihan, pengalaman, dan
pergaulannya sehari-sehari. Anak sering meniru- niru dan mengikuti apa yang
dilakukan orang tua dan pendidik dilingkungan dan praktek keagamaan yang
dilihat dan didengarnya.
Menurut Dr.
Zakiah Darajat, Anak-anak mengenal tuhan melalui bahasa dari kata-kata orang
yang ada dalam lingkungannya yang pada permulaan diterimahnya secara acuh tak
acuh saja. Akan tetapi setelah ia melihat orang- orang dewasa menunjukkan rasa
kagum dan takut terhadap tuhan maka ia mulai merasa sedikit gelisah dan rasa
tentang sesuatu yang gaib yang tidak dapat dilihatnya itu, mungkin ia akan ikut
membaca dan mengulang kata-kata yang diucapkan oleh orang tuanya. (Zakiah
Darajat,1970:44/45)
Menurut Prof. Dr.H. Jalaluddin
sebagaimana dikutip oleh Drs.H. Arsyad H. Anwar dalam bukunya mengatakan bahwa
sifat-sifat agama pada anak-anak
adalahp:
1. Tidak mendalam
2. Rasa ego
3. Konsep ketuhanan menggambarkan
aspek-aspek kemanusiaan
4. Ucapan praktek keagamaan
5. Meniru
6. Rasa heran(Jalaluddin 2004:66-74)[17]
B. Masa Remaja
Menurut Prof.Dr.H.Jalaluddin, perkembangan jiwa keagamaan pada
remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan yaitu : “pertumbuhan pikiran
dan mental, perkembangan perasaan, perkembangan social, perkembangan moral,
sikap dan minat.”[18]
- Pertumbuhan pikiran dan mental
Ide dan keyakinan beragama yang
diterimah
remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka.Sikap kritis terhadap ajaran agama mulai timbul.
remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka.Sikap kritis terhadap ajaran agama mulai timbul.
- Perkembangan perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang
pada masa remaja. Perasaan sosial,etis, dan estesis mendorong remaja untuk
menghayati peri kehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya.
- Perkembangan sosial
Corak keagamaan para remaj juga
ditandai oleh adanya pertimbangan sosial.Dalam kehidupan keagamaan mereka
timbul konflik antara pertimbangn moral dan material remaja sangat bingung
menentukan pilihan itu.
- Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja
bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mnecari proteksi(perlindungan)
- Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap
masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal itu tergantung dari
kebiasaan masa kecil serta lingkunmgan agama yang mempengaruhi mereka.
C. Masa Dewasa
Adapun ciri-ciri keberagamaan orang dewasa adalah
1. Menerimah kebenaran agama
berdasarkan pertimbangan yang matang bukan ikut-ikutan
2. Cenderung bersifat
realistis,diaflikasikan dalam sikap dan tingkah laku
3. Bersikap positif
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan
pertimbangan dan tanggung jawab.
5. Bersikap lebih terbuka.
6. Bersifat lebih kritis terhadap
materi agama.
7. Sikap keberagaman cenderung mengarah
kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing.[19]
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian
yang telah dipaparkan diatas kita dapat mengambil kesimpulan diantaranya :
1. Manusia merupakan mahluk yang
memiliki akal pikiran dengan kemampuan tinggi. Mausia juga dapat diartikan
berbeda berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Sedangkan agama adalah
kepercayaan manusia kepada tuhan dengan syariat tertentu yang mengatur
kehidupannya.
2. Teori tentang manusia menurut ilmu
pengetahuan dan masing-masing agama memiliki perbedaan. Sedangkan teori tentang
agama pada mulanya memiliki persamaan yang kemudian berkembang seiring
perjalanan waktu.
3. Ada lima komponen atau aspek didalam
agama yaitu kepercayaan kepada kekuatan gaib, sacral, ritual, umat beragama,
mistisme dan kebatinan.
4. Ada beberapa alas an yang
melatarbelakangi manusia untuk memiliki agama diantaranya karena agama
merupakan sumber moral, karena agama merupakan petunjuk kebenaran, karena
manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan alam
semesta, karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, dank arena
manusia memiliki kelemahan dan ketidak berdayaan.
5. Secara umum agama berfungsi untuk
member pandangan dunia kepada manusia, member jawaban pertanyaan yang tidak
mampu dijawab oleh manusia, member rasa kekitaan kepada suatu kelompok dan
memainkan fungsi peran social.
6. Tahap perkembangan agama pada
manusia terbagi menjadi tiga yaitu masa anak-anak, masa remaja dan masa dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Tanti Yuniar, Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Agung Media Mulia, 2010
Wardaya, Cakrawala Sejarah
1, Jakarta: PT Widya Duta Grafika, 2009
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Surabaya:
Mekar Surabaya, 2002,
Karen Armstrong, Sejarah
Tuhan, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007
Bustanudin Agus, Agama
Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007
Jalaluddin,Psikologi
Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007
Arsyad H. Anwar,Ilmu Jiwa agama,kendari:Istana Profesional
2007
[1] Tanti Yuniar, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, Jakarta: Agung Media Mulia, 2010, h. 393
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia(diunduh
18/9/2012)
[3] Tanti Yuniar, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, Jakarta: Agung Media Mulia, 2010, h. 15
[4] http://id.m.wikipedia.org/wiki/agama(diunduh
19/9/2012)
[5] Wardaya, Cakrawala Sejarah 1,
Jakarta: PT Widya Duta Grafika, 2009, hal.110
[6] Departemen Agama RI, Al-Qur’an
Dan Terjemahan, Surabaya: Mekar Surabaya, 2002, hal.356
[7] http://parisada.org/index.php?option=com_content&taks=view&id
(diunduh : 23/9/2012)
[8] ibid
[9] Karen Armstrong, Sejarah
Tuhan, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007, hal.27
[10] Bustanudin Agus, Agama Dalam
Kehidupan Manusia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007, h.61
[11] Ibid. h.153
[12] Ibid. h.106
[13] http://agushidayatwrote.wordpress.com/2012/05/04/mengapa-man/
(diunduh : 19/9/2012)
[14] http://antontenera.wordpress.com/2012/02/14/fungsi-agama/
(diunduh : 19/9/2012)
[16] http://ahzawildan.multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(diunduh : 19/9/2012)
[17] Arsyad H. Anwar,Ilmu Jiwa agama,kendari:Istana Profesional
2007.H.46
[18] Jalaluddin,Psikologi Agama(Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada,2007),h.74-76
[19] Ibid.H.78
2 Komentar
Makasih bloknya
BalasHapusyou'r walcome. :)
BalasHapusBerkomentarlah dengan bijak. Gunakan bahasa yang baik.