Update Terbaru

6/recent/ticker-posts

Tugas, Peran, Kompetensi dan keterampilan dasar mengajar guru

2.1       Pengertian Kompetensi Guru
Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya mengatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan kewenangan.[1]
Sementara itu menurut usman (2005) yang dikutip oleh kunandar dalam bukunya mengatakan bahwa kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.[2]

Berdasarkan dua penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kompetensi adalah pemilikan pengetahuan, keterampilan, kecakapan atau kemampuan dalam menentukan atau memutuskan sesuatu berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya.
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan, kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.[3] Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksnakan tugas sebagi agen pembelajaran.
2.2       Macam-macam kompetensi guru.
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 telah dinyatakan bahwa kompetensi seorang guru meliputi kompetensi Kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi professional, kompetensi social (Sarimaya, 2008:17)
1)      Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
2)      Kompetensi paedagogik
Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : pemahaman wawasan landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pemahaman kurikulum atau silabus, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
3)      Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar.
4)      Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan standar nasional pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional meliputi:
a)      Menerapkan landasan kependidikan baik fisiologi, sosiologi dan sebagainya,
b)      Menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan pesereta didik,
c)      Mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawab,
d)     Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi,
e)      Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran,
f)       Mengorganisasikan program pembelajaran,
g)      Melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik,
h)      Menumbuhkan potensi peserta didik.
2.3       Tugas Guru Dalam Proses Pembelajaran
Guru merupaka pemegang peran utama dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan tmbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Seorang guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas. Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya, tugas guru dapat dikelompokan berupa tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.[4]
1.      Tugas Guru Dalam Bidang Prfesi
Dalam hal ini meliputi tugas paedagodis dan tugas administrasi. Diantaranya mendidik, mengajar dan melatih.
2.      Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadiakan dirinya sebagai orang tua kedua yang memiliki tanggung jawab membina akhlak peserta didiknya.
3.      Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungan karena dari soerang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan juga menjadi panutan masyarakat.  

2.5       Peran guru dalam proses pembelajaran
            Menurut Ahmad sabri dalam bukunya menjelaskanperan guru dibagi menjadi 7 yaitu peran guru sebagai demonstrator, sebagaipengelola kelas, sebagai mediator dan fasilitator, sebagai evaluator, peran guru dalam pengadministrasian, peran guru secara pribadi dan peran guru secara psikologis.[5]
            Sedangkan menurut Wina Sanjaya dalam bukunya mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai berikut:
1.      Guru sebagai sumber belajar
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut diantaranya memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih banyak tentang materi yang akan dikaji bersama siswa.[6]
2.      Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru juga dituntut agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa .
3.      Guru sebagai pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk proses belajar seluruh siswa.
4.      Guru sebagai demonstrator
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setip pesan yang disampaikan.[7]
Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama guru harus menunjuka sikap-sikap yang terpuji dalam setiap aspek kehidupan. Kedua guru harus dapat menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran agar lebih dapat dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.
5.      Guru sebagai pembimbing
Seorang guru harus mampu membimbing siswa agar dapat menemuka berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai da melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.
6.      Guru sebagai motivator
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kuran berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
7.      Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator seorang guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya seabagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan gurudalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
2.6       Keterampilan dasar mengajar guru
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan tugasnya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapar berjalan dengan  efektif dan efisien. Di samping itu keterampilan dasar merupakan syarat mutlak seorang guru bisa mengimplementasikan berbagai strategi pembelajarn yang akan disampaikan. Dibawah ini pemakalah akan menjelaskan beberapa keterampilan mengajar bagi seorang guru.
1.      Keterampilan dasar bertanya
Pertanyaan yang dirumuskan dan dibangun dengan tepat akan menjadi alat komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa. Ada beberapa fungsi pertanyaan dalam proses pembelajaran diantaranya : (1) memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir dan memechkan masalah dengan kemampua sendiri, (2) memberikan motivasi kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, (3) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, (4) menentukan proses berpikir karena dengan pertanyaan yang baik dapat membantu siswa untuk menentukan jawaban yang baik, (5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibahas.[8]
2.      Keterampilkan memberi penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Ada dua jenis penguatan. (1) penguatan verbal. Biasanya digunakan atau diungkapkan dengan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. (2) penguatan nonverbal. (a) Pengutan gerak isyarat : anggukan atau gelengan kepala, senyum, kerut kening, acungan jempol dan lain-lain. (b) penguatan pendekatan : berdiri disamping siswa, berjalan menuj siswa, duduk dekat seorang siswa, atau berjalan disisi siswa. (c) penguatan dengan sentuhan : menepuk-nepuk pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. (d) penguatan dengan kegiatan yang menyenangakan (e) penguatan berupa smbol atau benda : kartu bergambar, lencana atau komentar tertulis pada buku siswa.[9]
3.      Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Misalnya penghentian tngkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pepberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, penetapan norma kelompok yang produktif.
Menurut Ahmad Sabri ada beberapa prinsip dalam penggunaan keterampilan mengelola kelas, yaitu kehangatan dan keantusiasa, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif dan penanaman disiplin diri.[10]
4.      Keterampilan menjelaskan

Maksudnya ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik, untuk itu ada hubungan yang satu dengan yang lain misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh, atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
Adapun tujuan dari menjelaskan adalah membembing siswa untuk dapat memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar; melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan; mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahaman dan untuk mengatasi kesalah pahaman mereka; membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti pemecahan.
5.      Keterampilan  membimbing diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang di informasikan dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Ada beberapa keterampilan yang harus diperhatikan guru dalam membimbing diskusi kelompok diantaranya memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, memperluas/ mengurai masalah, menganalisis pandangan siswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, menutup diskusi.
6.      Keterampilan mengadakan veriasi
Variasi stimulasi adalah suatu kegiatan guru dalam mengenal konteks interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosana murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, musrid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiame serta penuh partisipasi.
Ada beberapa komponen keterampilan mengadakan variasi yang akan dijelaskan dibawah ini:
a.       Variasi dalam mengajar guru
·         Penggunaan variasi suara (techer voice): keras menjadi lembut, tinggi menjadi rendah, cepat menjadi lambat, atau pada suatu saat memberi tekanan pada kata-kata tertentu.
·         Pemusatan perhatian siswa (focusing): memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap dapat dilakukan oleh guru, misalnya dengan perkataan “ perhatikan ini baikbaik”.
·         Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence): adanya kesenyapan, kebisuan, atau selingan diam yang tiba-tiba dan sengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.
·         Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement): bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid.
·         Gerakan badan atau mimik : variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dal;am berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti pasan dari pesan lisan yang dimaksudkan.
·         Pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teacher inovoment): pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa.
b.      Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Pergantian penggunaan jenis media yang satu kepada jenis yang lain mengharuskan anak menyesuaikan alat indra sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena setiap anak berbeda kemampuan dalam menggunakan alat indranya.
Adapun variasi dalam penggunaan alat antara lain:
·         Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids): grafik, bagan, poster, gambar, film dan slide.

·         Variasi atau bahan yang dapat didengar (auditif aids): suara guru termasuk kedalam media komunikasi yang utama di dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi sosiodrama, dan sebagainya.
·         Variasi atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan di gerakkan (motorik): yang termasuk kedalam jal ini misalnya peragaan yang diperagakan oleh guru atau siswa, mode, spesiemen, patung, topeng dan boneka dapat digunakan oleh anak diraba, diperagakan atau dimanipulasikan.
·         Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids): penggunaan media seperti ini merupakan tingkat yang paling tinggi karena melibatkan semua indra yang kita miliki. Media yang termasuk AVA ini misalnya film, televisi, radio, slide, projektor yang diiringi penjelasan guru.[11]
c.       Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendir yang dilakukan oleh anak. Hal ini bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan pola interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan.
7.      Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. 

Komponen membuka pelajaran meliputi :
a.       Menarik perhatian siswa engan cara antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu pelajaran, pola interaksi yang bervariasi
b.      Menimbulkan motivasi dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa.
c.       Memberi acuan melaluio berbagai usaha seperti mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkang yang akan dilakukan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas.
d.      Membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah diketahui siswa.
Komponen menutup pelajaran meliputi:
a.       Meninjau kembali pengusaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
b.      Mengevaluasi yang dapat dilakukan dengan berbagai benruk diantaranya mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri, memberikan soal-soal tertulis.


[1] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, Ciputat: Quantum Teaching, 2007, h.75
[2] Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007, h.51
[3] Ibid, h.55
[4] Ahmad Sabri. Hal. 65
[5] Ibid. Hal. 68
[6] Wina Sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, Jakarta: Jakarta Kencana. 2009. Cet. Ke-2. Hal. 281
[7] Wina Sanjaya, strategi pembelajaran, cet ke-1. Hal. 153. 2009
[8] Haryanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hal. 124
[9] http://danang-leo-handoko.blogspot.com/2012/01/keterampilan-memberi-penguatan.html!?m=1
[10] Ahmad Sabri. Hal 88
[11] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal. 265

Posting Komentar

0 Komentar